Mendesain Kawasan Kolam Renang dan Agrowisata di Desa Wisata Baros berbasis Kearifan Budaya Sunda
Pemberdayaan masyarakat desa di Indonesia merupakan upaya penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian desa. Pengembangan wisata dan pertanian pada desa dapat meningkatkan perekonomian dan kemandirian masyarakat lokal. Pengembangan desa wisata juga dapat meningkatkan konservasi lingkungan dan ekonomi masyarakat, serta meningkatkan keterampilan pengelola wisata dalam pelayanan dan promosi (Tjilen et al., 2023). Secara keseluruhan, pemberdayaan berbasis potensi lokal dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat secara berkelanjutan. Gambar 1. Peta potensi sumber daya di Desa Baros. Sumber: Kegiatan MBKM Design Survey Desa Baros merupakan desa yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, mulai dari hasil pertanian dan 9 sumber mata air yang dimiliki. Desa Baros juga dihuni dengan populasi manusia yang cukup tinggi, yaitu sekitar 11.000 penduduk. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Baros dan Focus Group Discussion (FGD) dengan tokoh masyarakat, perwakilan UMKM, dan perwakilan warga, tingginya populasi dan hasil sumber daya alam yang belum dioptimalisasi, membuat desa ini memiliki beberapa masalah dan kebutuhan, khususnya terkait fasilitas publik. Gambar 2. Kawasan wisata yang kosong dan terbengkalai. Sumber: Dokumentasi tim desain interior Desa ini memiliki lokasi dan sumber daya alam yang belum dioptimalkan untuk kawasan wisata, selain itu, desa tersebut memiliki potensi penduduk, minat penduduk, dan kebutuhan penduduk yang mendukung wisata kolam renang dan kawasan agrowisata yang inklusif. Oleh karena itu, salah satu tim desain interior dalam kegiatan pengabdian masyarakat desa binaan ini bertujuan melakukan perancangan dan pengembangan Kolam Renang dan Kawasan Agrowisata di Desa Baros. Dengan menggunakan metode design thinking yang melalui tahapan observasi, wawancara, FGD, pengukuran site, brainstorming, proses desain, dan proses umpan balik dari pihak desa, tim pengabdian masyarakat Telkom University yang terdiri dari Akhmadi, S.T., M.Ds., Athifa Sri Ismiranti, S.Ds., M.Arch., dan Irwana Zulfia Budiono, S.T., M.Eng., mengusulkan solusi desain berbasis kearifan lokal budaya setempat, yaitu pembagian konsep kawasan yang dibagi menjadi tema Wayang, Musik Tradisional Sunda, serta Pohon dan Air Baros. Gambar 3. Kegiatan FGD, pengukuran site, umpan balik desa, dan serah terima hasil desain. Sumber: Dokumentasi tim desain interior Pada area tersebut kemudian dirancang menjadi kawasan wisata agrowisata dan kolam renang yang di dalamnya dilengkapi dengan area perkemahan, area berjualan UMKM, taman bermain anak, serta fasilitas publik yang inklusif tempat berkumpul warga. Konsep desain yang diterapkan adalah konsep kawasan kolam renang dengan tema musik tradisional Sunda dengan beberapa aksen dan material terinspirasi dari bentuk angklung dan calung, kawasan perkemahan dan menara pandang flying fox dengan tema wayang, dengan bentuk dan material terinspirasi dari wayang dan gunungan wayang. Selain itu, kawasan agrowisata, taman bermain anak, balai desa, serta saung UMKM berkonsep Pohon dan Air Baros, dengan bentuk dan material terinspirasi dari daun dan bunga dari pohon baros, serta bentuk gelombang air yang mencerminkan Baros sebagai desa mata air. Gambar 4. Hasil desain kawasan kolam renang. Sumber: Hasil desain tim desain interior Gambar 5. Hasil desain kawasan perkemahan. Sumber: Hasil desain tim desain interior Gambar 6. Hasil desain Menara Pandang Flying Fox dan taman bermain anak. Sumber: Hasil desain tim desain interior Gambar 7. Hasil desain balai dan kawasan UMKM. Sumber: Hasil desain tim desain interior Konsep desain yang diterapkan berbasis potensi lokal setempat dan tema yang menyesuaikan dengan kearifan budaya lokal setempat, yaitu budaya Sunda, tidak hanya bertujuan untuk mewadahi kebutuhan warga setempat, tetapi juga telah mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan budaya sekitar. Kawasan yang didesain ke depannya diharapkan bisa bermanfaat untuk warga setempat dan juga menarik wisatawan umum dari tempat lain untuk berkunjung, sehingga lokasi dan fasilitas yang terbengkalai dapat dimanfaatkan dan dapat meningkatkan pendapatan desa. Solusi desain mendapat tanggapan positif dari warga dan aparat desa dan akan segera ditindaklanjuti proses pembangunannya. Selanjutnya, hasil abdimas ini diharapkan dapat menjadi contoh pengembangan desa wisata yang dapat diadaptasi untuk kawasan desa wisata lainnya di Indonesia. Video dokumentasi dapat diakses pada tautan berikut: Judul Abdimas PENGEMBANGAN VISUALISASI AREA KOLAM RENANG DAN KAWASAN WISATA DI DESA BAROS, ARJASARI Tim Dosen Akhmadi, S.T., M.Ds. (NIP: 22930022) Athifa Sri Ismiranti, S.Ds., M.Arch. (NIP: 22940036) Irwana Zulfia Budiono, S.T., M.Eng. (NIP: 20910016) Anggota Mahasiswa Faradilah Zalzabilah Az Zahra Syarief (NIM: 1603223178) Kania Nurul Hasanah (NIM: 1603223163) Salma Nafisa Adzani (NIM: 1603223067)
PERANCANGAN RUANG KETUA DKM UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI SIRKULASI DAN ZONASI RUANG
Masjid Fathul Ummah sudah dibangun semenjak tahun 1990 dan pada tahun 2017-2023 masjid ini mengalami proses renovasi. Masjid Fathul Ummah merupakan masjid paling besar yang berada di Kecamatan Rancasari dengan kapasitas masjid pada bagian dalam mencapai 700 jamaah dan bagian luar hingga 1000 jamaah. Masjid Fathul Ummah yang beralamat di Jl. Venus Raya, Manjahlega, Kec. Rancasari, Kota Bandung, Jawa Barat. Terletak di tengah pemukiman warga dan mudah dijangkau dari beberapa jalan besar seperti JL. Soekarno Hatta dan Jl. Ciwastra. Masjid Fathul Ummah mulai direnovasi pada tahun 2017, namun bagunan area kantor masjid belum sepenuhnya ikut dikembangkan sehingga banyak desain ruangan bangunan area kantor yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas DKM masjid tersebut, terutama pada ruang sekretaris, ruang tamu masjid dan ruang ketua DKM masjid. Tidak tersedianya ruang khusus gudang membuat area kantor pada masjid Fathul Ummah juga berfungsi sebagai area gudang sementara. Untuk saat ini ruang ketua DKM juga difungsikan sebagai ruang penyimpanan barang, sehingga zoning ruang menjadi bercampur dan tamu masjid yang memiliki keperluan bertemu dengan ketua DKM merasa kurang nyaman. Selain itu elemen identitas masjid juga belum terlihat pada kantor ketua DKM. Dengan mendesain ruangan ketua DKM diharapkan dapat memperbaiki sirkulasi keluar masuk alat dan barang masjid, juga meningkatkan kenyamanan user kantor ketua DKM yaitu ketua DKM dan tamu masjid. Ketua: ARIESA FARIDA (NIP: 23870013) Anggota Dosen: – VIKA HARISTIANTI (NIP: 20910029) – WIDYANESTI LIRITANTRI (NIP: 23790005) Anggota Mahasiswa: – HERNATA URSULA NADEAK (NIM: 1603223049) – RATU HANIFA ALINSYIROH (NIM: 1603223013) – FAILAN RAHSYA IZZUL PRATAMA (NIM: 1603223050
Perancangan Kanopi Mesjid Daarul Jannah Perumahan Palem 1 Residence, Kabupaten Bandung
Tim Dosen : Agustinus Nur Arief Hapsoro (NIP: 22860003) Reza Hambali Wilman Abdulhadi (NIP: 20830003) Mohd Ridho Kurniawan (NIP: 24980005) Tim Mahasiswa: Salwa Prameswara (NIM: 106032300009) Tausyeh Abrori Adipati Putra Rahmat (NIM: 106032300047) Felliza Ayu Rachman (NIM: 106032300107) Before After Dalam upaya memberikan solusi desain berbasis kebutuhan masyarakat, tim dosen dan mahasiswa dari Program Studi Desain Interior, Fakultas Industri Kreatif, Telkom University telah menyelesaikan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berupa perancangan kanopi untuk Masjid Daarul Jannah di Komplek Palem 1 Adhyaksa Sukapura, Kabupaten Bandung. Kegiatan ini berlangsung dimulai sejak 16 Februari 2025 dan diserahterimakan pada Jumat, 20 Juni 2025. Masjid Daarul Jannah, sebagai pusat ibadah dan kegiatan sosial masyarakat sekitar, mengalami permasalahan pada area kanopi yang sering kali terkena tempias air hujan, mengganggu kenyamanan jamaah saat beribadah, terutama pada salat Jumat dan momen hari besar Umat Muslim Menjawab kebutuhan tersebut, tim pengabdian merancang sistem kanopi baru dengan pendekatan desain yang adaptif dan kontekstual. Hasil dari kolaborasi ini berupa desain kanopi lengkap dengan Rencana roller blind yang dapat ditarik secara vertikal dan horizontal untuk memberikan perlindungan optimal dari cuaca panas dan huja tanpa mengganggu estetika arsitektur masjid. Proses desain melibatkan metode partisipatif, meliputi survei lapangan, wawancara dengan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dan Ketua RT, kajian literatur desain masjid, hingga penyusunan gambar kerja teknis dan representasi visual 3D. Seluruh hasil desain kemudian didiskusikan dan direvisi bersama mitra sebelum disahkan dan diserahterimakan. Kegiatan ini tidak hanya menghasilkan solusi visual fungsional, tetapi juga memperkuat interaksi antara civitas akademika dengan masyarakat. Ketua DKM Masjid Daarul Jannah menyambut baik kolaborasi ini dan berharap kegiatan serupa dapat berlanjut, terutama untuk pengembangan fasilitas lain seperti taman ramah anak di area depan masjid. Program pengabdian ini merupakan bagian dari roadmap keberlanjutan Telkom University dalam mengintegrasikan pendekatan desain interior yang human-centered, spiritual, dan ramah lingkungan ke dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan yang kolaboratif dan adaptif, kegiatan ini menjadi contoh konkret bagaimana desain interior dapat menjawab kebutuhan ruang publik berbasis komunitas dengan solusi yang fungsional dan berkelanjutan. Penulis & Editor: Tim Pengabdian Masyarakat Telkom University Kategori: Komunitas & Sosial | Desain Eksterior Tanggal Rilis: 20 Juni 2025
Melalui Kegiatan Pengabdian Masyarakat, Tim Dosen Prodi Desain Interior mengenalkan Arsitektur Nusantara melalui sarana sekolah.
Taman Kanak-Kanak (TK) adalah satuan pendidikan anak usia dini dalam jalur pendidikan formal yang memberikan pendidikan kepada anak-anak usia empat tahun hingga enam tahun. Anak-anak usia TK adalah anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek perkembangan. Agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, motorik kasar dan halus, dan seni adalah beberapa aspek. Anak-anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia dini, yang disebut usia emas dalam perkembangan anak. Masa emas dalam perkembangan anak juga merupakan masa di mana anak-anak memperoleh proses pendidikan. Semua aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal jika anak menerima stimulus yang baik. Menurut Damanhuri dalam Jamal M. A. (2009: 39), pengembangan manusia yang utuh dimulai sejak anak dalam kandungan dan memasuki masa keemasan atau golden age pada usia 0- 6 tahun. Pada masa keemasan ini, otak dan tubuhnya mengalami perubahan yang signifikan. Masa keemasan ini membutuhkan perhatian salah satunya di sekolah. Taman Kanak-Kanak Al-Ikhlas (TK) mempunyai visi untuk menghasilkan generasi yang inovatif dengan mengintegrasikan pendidikan secara keseluruhan dengan budaya lokal. Berbagai aspek perkembangan anak seperti kognitif, motorik, sosial, dan emosional berkembang pesat selama usia dini. TK Al-Ikhlas berkomitmen untuk menyediakan lingkungan pendidikan yang mendukung kreativitas dan eksplorasi budaya untuk memaksimalkan potensi anak-anak selama periode penting ini Tim dosen program studi Desain Interior Fakultas Industri Kreatif Universitas Telkom, yang terdiri dari Titihan Sarihati dan Imtihan Hanum, dan dibantu mahasiswa menyelengarakan kegiatan pengabdian masyarakat pada semester Ganjil 2024-2025. Pengabdian masyarakat ini merupakan hibah dana internal dari Universitas Telkom, yang kebermanfaatannya dapat dirasakan mitra sasar sesuai tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan ini melibatkan TK Islam Al Ikhlas yang semula beralamat di Gunung Batu. Adapun kegiatan penyerahan mebel berbentuk rak penyimpanan telah dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2025 bertempat di lokasi baru TK yaitu di lingkungan Masjid Al Muhajirin Bandung. Dokumentasi serah terima hasil program kepada TK Al Ikhlas dan Pengurus Yayasan Al Muhajirin Harapannya, melalui kegiatan ini anak-anak usia dini yang tergabung di TK Al Ikhlas dapat merasakan pengalaman unik dalam mengenali ragam Arsitektur Nusantara dan sekaligus terbiasa melihat pada benda keseharian yang rutin digunakan di sekolah. Rak Penyimpanan karya tim abdimas dan juga elemen dekoratif yang telah didesain oleh mahasiswa menjadi sarana belajar yang menyenangkan namun juga menanamkan nilai budaya lokal nusantara. “Dalam Kegiatan ini, anak-anak diajak mengembangkan keterampilan motorik halus, dan menghargai budaya lokal,” ujar Titihan Sarihati, ketua tim pengabdian. Elemen dekoratif yang berasal dari rumah tradisional nusantara, hasil desain mahasiswa Perpaduan antara nilai fungsi dan aspek budaya lokal dalam proses pembelajaran usia dini mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 9, yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Sehingga diharapkan dapat memuunculkan rasa bangga dan cinta terhadap kearifan lokal nusantara. Tentunya, dengan dukungan semua pihak, program ini dapat berkelanjutan dan berkembang menjadi jembatan antara pembelajaran dan nilai lokal nusantara. ketua: Titihan Sarihati Anggota: Imtihan Hanum Anggota Mahasiswa : Athaya Sinari Qolbi Hanhfah Nurul Zhafarina Stainly Amalia Suherman
PERANCANGAN AWAL LAYOUT CAFE DENGAN PENDEKATAN UNIVERSAL DESAIN UNTUK KAUM DIFABEL PADA PUSAT PELAYANAN SOSIAL GRIYA HARAPAN DIFABEL
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Jawa Barat, Provinsi Jawa barat memiliki peningkatan penyandang disabilitas sejak tahun 2022, dengan penambahan sekitar 7000 siswa. Adapun hal ini bukan berarti ada peningkatan Masyarakat disabilitas, melainkan Masyarakat yang memahami kebutuhan akan Pendidikan bagi penyandang disabilitas. Semakin banyaknya jumlah penyandang, sehingga pemerintah membentuk tim dinas sosial yang dapat menaungi kebutuhan para komunitas difabel. Adanya dinas sosial berperan dalam pemberdayaan penyandang disabilitas, seperti misalnya membuat kebijakan yang dapat mendukung hak hak penyandang disabilitas, lalu menyediakan program pelatihan keterampilan serta memberi motivasi serta dukungan moral. Unit Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel berlokasi di dinas sosial di Jl. Jend H. Amir Machmud No. 331, Kec. Cimahi, Kota Cimahi, Jawa Barat merupakan salah satu cabang Dinas sosial yang Memiliki kurang lebih 1000 siswa penyandang difabel dan sudah dikenal sebagai tempat pengembangan potensi dan keterampilan, salah satunya produksi karya batik (gambar 1). Produksi yang dilakukan oleh para siswa dilakukan secara konvensional dan memiliki keunikan ciri khas tersendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Andina, selaku Kepala Dinas, beliau menginginkan adanya pengembangan keterampilan, contohnya sudah diadakannya kelas tata boga yang berlanjut pada visi berikutnya yakni Pembangunan café dengan siswa difabel sebagai barista untuk menarik perhatian Masyarakat dan wisatawan (gambar 2). Para tim abdi Masyarakat Program Studi Desain Interior telah melakukan analisis lapangan dan ditemukan beberapa potensi yang dapat dikembangkan seperti misalnya, banyak bangunan kosong pada area depan yang dapat difungsikan sebagai café dan tempat relaksasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan para staff, beliau juga sudah menjelaskan bahwa adanya keinginan untuk mengembangkan dinas sosial menjadi Lokasi yang nyaman untuk bersantai dan menghabiskan waktu bagi Masyarakat umum agar dapat membuka lapangan kerja untuk para komunitas difabel kedepannya. Gambar 1. Lokasi Dinas sosial Griya Harapan Difabel Sumber: google map, 2024 Gambar 2. Bangunan yang akan dirancang Sumber: dokumentasi pribadi, 2024 Cafe yang dirancang berada di wilayah komplek pelatihan PPSGHD, kondisi interior dalam keadaan kosong dan memiliki luas sebesar 54,84 lalu pada sekitar bangunan eksisting terdapat area penghijauan dan memiliki lahan kosong yang dapat digunakan sebagai area makan untuk para pengunjung yang berminat untuk menghabiskan waktu diluar ruangan sebesar 65,73 m2. Untuk bangunan lainnya yang berada di sekitar cafe, pada bagian depan terdapat fasilitas pijat, perpustakaan umum dan workshop batik kontemporer untuk masyarakat umum. Bangunan cafe sendiri tidak jauh dari pintu utama kompleks pelatihan, sehingga memiliki potensi yang bagus untuk menarik pengunjung. Berdasarkan luasan cafe yang ada, terdapat beberapa indikator yang akan dijadikan acuan untuk para tim desainer saat mendesain ruangan, diantaranya ialah luas sirkulasi dan desain furniture yang aman dan nyaman bagi para difabel. Namun sayangnya, pada desain cafe ini tidak dapat dilakukan 100% sesuai standar dikarenakan luas area yang masih minim serta banyaknya kebutuhan pengguna di dalam satu bangunan. Adapun untuk area yang akan dirancang yakni area makan interior, area kasir, area dapur, serta area pembayaran. Adapun beberapa hasil perancangan: Gambar 3. Hasil Perancangan per area Sumber: Olahan Penulis, 2024 Anggota Dosen;– Irwana Zulfia Budiono, S.T., M.Eng. (ketua),– Hendi Anwar, S.T., M.T.– Niken Laksitarini, S.Ds., M.Ds. Anggota Mahasiswa;– Augista Sesi Nastiti,– Nafla Abrita Mareta,– Shevilla Dwi Octavia
Recent Comments