Gedung Kaca menjadi masalah visual interior yang Menyebabkan Pegawai Kesulitan Fokus Bekerja
Penelitian Non Kerjasama Internal 2024-2 Oleh : Irwana Zulfia Budiono, Hana Faza Surya Rusyda, Fernando Septony Siregar, Augista Sesi Nastiti, Nafla Abrita Mareta, Shevilla Dwi Octavia Sudah banyak gedung di Jakarta yang mendesain gedungnya dengan facade kaca dengan fokus utama estetika bangunan agar terlihat mewah dan elegan. Gedung kaca memberi kesan tranparan dan terbuka, yang juga difungsikan untuk cahaya alami masuk. Namun dibalik itu semua, ada masalah yang sering sekali muncul pada gedung tersebut, yakni kenyamanan visual pengguna gedungnya. Cahaya matahari yang masuk diperuntukan untuk membatu pencahayaan alami saat pagi hingga sore hari. Namun dengan adanya cahaya matahari yang berlebihan membuat ruangan menjadi silau, sehingga membuat kerja menjadi tidak nyaman dan kondusif, den mengurangi preduktifitas pekerjanya. Fenomena ini dapat ditemui di beberapa kantor yang ada di pusat Jakarta. Termasuk pada bangunan X yang memiliki lima gedung yang disusun berhadapan, dengan dua gedung yang mempunyai desain berbeda (Gambar 1). Gambar 1. Sketsa Gedung Perkantoran X di Kota Jakarta Sumber: Olahan Penulis (2025) Tim peneliti meneliti dua bangunan yakni gedung 1 dan gedung 4. Orientasi gedung ini pada arah yang sama, yakni arah utara, namun pada kasus gedung 4 di lantai 6, yang selubung bangunananya merupakan kaca penuh. Dari luar terlihat modern, namun bagi kartawannya memunculkan adanya ganguan visual saat bekerja. Adapun, alasan tim memilih gedung 1 dan gedung 4 ialah, keduanya memiliki 7 – 10 lantai dan keduanya menghadap timur dan barat pada sisi memanjangnya, namun gedung 1 telah diimplementasikan second facade sehingga cocok untuk dijadikan komparasi bagi gedung 4. Cahaya matahari pada lantai 6 gedung 4 masuk tanpa filter yang memadai. Vertical blind yang ada didalam ruangan, merupakan salah satu pelindung dari cahaya matahari yang terlalu terpapar di luar ruang. Penutup dari dalam ruang ini memang sebagian mengurangi cahaya masuk, akan tetapi tidak cukup untuk mengurangi intensitas silau dan juga panas dari radiasi matahari. Beberapa pekerja yang area duduknya dekat arah luar bangunan, mengeluhkan ruang kerja yang menyilaukan dan cepat panas, sehingga membuat sulit fokus. Seringnya pekerja menutup seluruh blind sepanjang hari, segingga membuat ruangan menjadi kurang cahaya, dan beberapa area akhirnya menyalakan lampu. Dengan kehadiran lampu ini, membuat tujuan penggunaan pencahayaan alami tidak tercapai (Gambar 2). Gambar 2. Hasil Simulasi dengan Software Dialux Evo pada Gedung 4 lantai 6 Sumber: Simulasi oleh Tim Peneliti (2025) Tidak seperti gedung 4, gedung 1 mempunyai hasil yang lebih nyaman, dikarenakan adanya secondary skin atau yang biasa disebut dengan lapisan kedua eksterior fasad. Lapisan ini berfungsi sebagai pelindung dari cahaya dan panas matahari. Sehingga pencahayaan alami dalam gedung ini cukup terkontrol meskipun tanpa menutup tirai. Perbedaaan yang cukup siknifikan ini menunjukan berapa pentingnya desain pelindung pada gedung. Meskipun keduanya memiliki desain dengan kaca, tapi strategi pengendalian cahaya dapat tepat dan menunjukan dampak yang lebih baik (Gambar 3). Gambar 3. Hasil Simulasi dengan Software Dialux Evo pada Gedung 1 lantai 7 Sumber: Simulasi oleh Tim Peneliti (2025) Silau menjadi masalah yang cukup umum karena memiliki dampak yang cukup besar pada kualitas kerja, seeperti ganguan fokus pada cahaya berlebih dan mengakibatkan cepat lelah/ sulit konsentrasi dan tuang kerja yang tidak efisien. Sehingga silau pada gedung merupakan masalah kenyamanan visual yang berhubungan langsung pada produktifitas pekerja. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan visual di ruang kerja, pada gedung kaca, antara lain penggunaan secondary skin, mengoptimalisasi tirai/ blinds, pelapisan film pada kavca, dan desain interior yang adaptif dengan penataan tata letak meja kerja dan pemilihan material untuk mendukung kenyamanan visual. Oleh karena itu, dalam mendesain gedung kaca memnag indah jika dipandang dari luar, namun jika rtidak dioptimalkan dalam mendesainnya, maka membuat orang didalam merasa terganggu dan fugsi utama sebagai ruang kerja menjadi tidak tercapai.
PENERAPAN GREEN DESIGN PADA PROTOTYPE SIMULASI RUANG PENGERING PAKAIAN DI ASRAMA SEKOLAH BOARDING
Asrama sekolah boarding seringkali menghadapi tantangan dalam menyediakan fasilitas pengeringan pakaian yang memadai bagi siswa, terutama saat musim hujan atau keterbatasan lahan. Penggunaan mesin pengering berbahan bakar gas menimbulkan biaya operasional yang tinggi dan kurang ramah lingkungan. Pemanfaatan energi terbarukan seperti panas matahari dan tenaga angin menjadi solusi yang tepat guna dan berkelanjutan. Melalui penerapan green design, ruang pengering pakaian dapat dirancang dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan biaya operasional. Permasalahan mendasar yang dihadapi adalah ketergantungan pada metode pengeringan konvensional yang tidak berkelanjutan dan tidak andal dalam menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu. Di satu sisi, penjemuran alami menjadi tidak efektif selama musim hujan atau cuaca mendung berkepanjangan. Kondisi cuaca yang tidak menentu, seperti curah hujan tinggi atau cuaca mendung berkepanjangan, semakin memperparah masalah pengeringan pakaian di asrama sekolah boarding. Hal ini menyebabkan pakaian sulit kering secara alami dan meningkatkan ketergantungan pada solusi pengeringan alternatif (Ballard & Lewandowsky, 2015). Meskipun beberapa solusi seperti pengering tenaga surya konvensional telah diterapkan di berbagai tempat (Aduewa et al., 2022), efektivitasnya seringkali menurun drastis saat cuaca mendung dan umumnya tidak terintegrasi dengan sistem ventilasi pasif untuk sirkulasi udara optimal. Hal ini menjadi kendala signifikan, terutama di daerah dengan curah hujan tinggi seperti di Indonesia, dan memerlukan inovasi lebih lanjut untuk memastikan pengeringan pakaian yang efektif dan efisien sepanjang waktu. Di sisi lain, penggunaan mesin pengering komersial tidak sejalan dengan prinsip keberlanjutan energi, terutama karena biaya operasional yang tinggi dan dampak lingkungan yang ditimbulkan, seperti emisi karbon dan konsumsi energi yang besar (Lynn, 2020). Bahkan, solusi alternatif seperti pengering tenaga surya yang ada saat ini seringkali gagal berfungsi optimal saat cuaca mendung dan tidak terintegrasi dengan sistem ventilasi pasif yang dapat memaksimalkan sirkulasi udara. Fokus utama permasalahan adalah bagaimana membangun metode pengeringan pakaian yang berkelanjutan dengan menerapkan prinsip-prinsip green design, serta mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan seperti panas matahari dan tenaga angin untuk proses pengeringan (Banshwar et al., 2016; Conyette & Ajayi, 2023). Oleh karena itu, kebaruan ilmiah yang signifikan yang ditawarkan dalam pengabdian ini terletak pada perancangan sebuah sistem ruang pengering yang sinergis. Sistem ini secara inovatif menggabungkan pemanfaatan energi matahari dan angin, serta energi mekanikmanusia, dalam suatu kesatuan yang terintegrasi. Pendekatan ini diperkuat dengan fokus pada pemberdayaan komunitas yang kuat, dan keseluruhan desain dirancang secara khusus untuk konteks asrama sekolah boarding di Indonesia (Fadjri et al., 2024; Hao et al., 2024; Malta, 2023). Pengelolaan asrama sekolah boarding, khususnya yang menerapkan sistem full-day atau boarding, kerap menghadapi tantangan dalam penyediaan fasilitas pengeringan pakaian yang efektif dan efisien. Faktor-faktor seperti kondisi cuaca yang tidak menentu, keterbatasan lahan, serta tingginya biaya operasional mesin pengering berbahan bakar gas menjadi kendala utama. Kebutuhan akan solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan mendorong eksplorasi alternatif pengeringan pakaian dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan, seperti panas matahari dan tenaga angin. Penerapan green design dalam perancangan ruang pengering pakaian di asrama sekolah boarding menjadi fokus penelitian ini. Perancangan ini meliputi optimalisasi pemanfaatan energi surya dan angin, serta penentuan spesifikasi teknis seperti dimensi ruang, tata letak, sistem sirkulasi udara, dan konstruksi atap. Evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi prototype simulasi ruang pengering pakaian akan menjadi dasar untuk pengembangan model pengeringan yang berkelanjutan dan cost-effective di lingkungan asrama sekolah boarding. Fokus dari masalah ini adalah membangun metode pengeringan pakaian yang berkelanjutan, terutama di lingkungan asrama sekolah boarding. Salah satu masalah utama adalah bagaimana membuat prototipe ruang pengering yang efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip-prinsip green design dan bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan seperti tenaga angin dan panas matahari selama proses pengeringan. Selanjutnya, dilakukan perancangan awal yang mencakup penentuan bentuk bangunan, tata letak ruang, jenis material, dan sistem bukaan yang mendukung prinsip keberlanjutan. Perancangan ini dirumuskan melalui sketsa konseptual dan simulasi desain, lalu divisualisasikan dalam bentuk maket studi skala 1:5 untuk menguji proporsi dan integrasi elemen desain. Semua elemen dirancang agar tidak hanya memenuhi fungsi teknis, tetapi juga dapat menyatu secara harmonis dengan lingkungan sekitar dan menjadi solusi berkelanjutan jangka panjang.
Strategi Visual Merchandising dan Branding Toko sebagai Daya Tarik Wisata Belanja pada Kawasan Cagar Budaya
Dosen S1 Desain Interior Telkom University Hadir dalam DLSU Arts Congress 2025, Usung Teknologi untuk Konservasi Heritage Manila, 26–27 Februari 2025 – Telkom University kembali menunjukkan kiprahnya di kancah akademik internasional melalui partisipasi dalam DLSU Arts Congress 2025 yang diselenggarakan secara hybrid oleh De La Salle University, Manila, Filipina. Dalam forum seni dan budaya yang bergengsi ini, tim peneliti dari Telkom University mempresentasikan makalah bertajuk “Integrating Technology in Heritage Conservation: Toward Digital Empowerment of Cultural Memory”. Makalah tersebut disampaikan oleh Donny Trihanondo, dosen Fakultas Industri Kreatif, sebagai presenter utama, yang juga memimpin tim kolaborator lintas disiplin dari Telkom University. Penelitian ini menyoroti bagaimana teknologi — seperti pemindaian 3D, augmented reality (AR), dan visualisasi digital — dapat digunakan untuk melestarikan warisan budaya, khususnya dalam konteks ruang dan arsitektur heritage. Penelitian ini tidak hanya mengusung aspek teknis, tetapi juga menekankan pentingnya pelibatan masyarakat dan narasi sejarah dalam proses konservasi. NAMA PENGUSUL PERAN NIP CENTER OF EXCELLENCE PROGRAM STUDI – FAKULTAS Dr. Soni Sadono, S.Sos., M.Hum. Ketua 13660045 CIPTALOKA S1 Seni Rupa – FIK Donny Trihanondo, S.Ds., M.Ds. Anggota 1 10840063 DICTUM S1 Desain Interior – FIK
Perancangan Rumah Tinggal Sementara untuk Pasien Pasca Rehabilitasi Gangguan Jiwa
Irwana Zulfia Budiono, Hana Faza Surya Rusyda, Fernando Septony Siregar, Muhammad Fahmi Nasrullah, Yodha Al Ghifari, Fadhil Zaki Abdullah Gedung Satuan Pelayanan (Satpel) Bina Laras yang berfungsi untuk merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), merupakan satuan yang dibentuk oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Adapun, Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin telah menuturkan bahwa fasilitas yang dibangun akan menjadi pusat pemulihan bagi Pasien Dalam Gangguan Jiwa dan Gubernur juga berharap semua pihak harus memberi perlakuan yang manusiawi dan sekaligus menghilangkan stigma negative terhadap pasien ODGJ. Lokasi terapi diresmikan pada September 2024. Saat ini telah menampung 40 pasien Wanita dan 40 pasien pria di bangunan tempat beristirahat dan rehabilitasi. Namun Kepala Dinas Sosial mengeluhkan akan jumlah pasien yang meningkat dan tempat rehabilitasi sendiri sudah melebihi kapasitas. Adapun para pasien yang baru saja sembuh atau sudah membaik, tidak memiliki tempat tinggal, sehingga tim Desain Interior diminta untuk merancang rumah tinggal sementara dan supaya tidak bercampur dengan pasien yang masih sakit. Awalnya, rencana peletakan bangunan akan diletakkan di bagian belakang bangunan rehabilitasi, namun setelah ada permintaan dari pemerintah untuk pembuatan agrowisata, maka diganti menjadi bagian depan area yang dekat dengan lahan parkir (gambar 1 yang dilingkari merah). Jika kegiatan abdi Masyarakat skema internal 2025-1 ini berhasil, lahan kosong yang terdapat di Kawasan Satpel Bina Laras ODGJ ini masih banyak yang perlu diolah dan dapat menjadi bahan untuk abdi Masyarakat skema selanjutnya. Gambar 1. Masterplan UPTD Satpel Bina Laras Sakurjaya, Sumedang Sumber : Dinas Sosial Jawa Barat, 2025 Berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang ditemukan, tim Desain Interior akan merancang bangunan villa ukuran 45 meter persegi untuk kapasitas empat orang. Pendekatan perancangan interior dipilih yang mengutamakan kenyamanan, keamanan, ketenangan dan stimulasi positif. Adapun teori dasar untuk pendekatan perancangan yang akan digunakan merupakan pendekatan Biofilik, yakni desain yang dapat menghubungkan dan mendekatkan manusia dengan alam sekitarnya. Biofilik memiliki 14 indikator yang semuanya berdampak pada reduksi stress, peningkatan kognitif, serta peningkatan emosi positif (Terrapin Bright Green, 2014). Gambar 2. Diagram Alur Pelaksanaan Abdimas 2025-1 Sumber: Olahan Penulis, 2025 Adapun kegiatan ini menggunakan metode kualitatif, yakni pengambilan data lapangan dan interview dengan para petugas dan dokter yang bekerja di lapangan untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan para pasien. Selain itu juga terdapat studi perilaku dan aktivitas para pasien ODGJ untuk mengetahui desain yang cocok untuk ruangannya. Pada proses perancangan, tim Desain Interior banyak melakukan studi literatur mengenai tema, suasana dan model interior yang cocok agar pasien merasa nyaman dan aman (Gambar 2). Berdasarkan hasil interview dengan pasien pasca rehabilitasi, komparasi analisis literature dan keadaan lapangan, serta diskusi dengan tim dinas sosial, terdapat beberapa karya yang dirancang oleh tim Desain Interior. Rencana penempatan rumah tinggal pada site plan eksisting Satpel Bina Laras baru saja dibuka pada bulan September 2024 dan sudah terdata sebanyak 80 orang yang menempati panti rehabilitasi dan saat ini sudah tidak bisa menerima pasien baru lagi. Hal ini dikarenakan pasien yang sudah sembuh tidak bisa Kembali ke kampung halaman, sehingga diperlukan adanya tempat tinggal sementara sebelum mendapat pekerjaan diluar maupun hunian baru. Para tim ditugaskan untuk mengukur Lokasi dan menghitung berapa bangunan yang dapat terbangun. Adapun pada perencanaan ini, tim tidak hanya menghitung luasan bangunan dan menghitung kapasitas bangunan yang dapat dibangun, namun tim juga merencanakan beberapa taman kecil yang dapat berfungsi sebagai penghijauan dan tempat berkumpul para penggunanya (Gambar 3). Gambar 3. Contoh Perancangan Site Plan untuk Perencanaan Penempatan Bangunan dan Area Taman Sumber: Olahan Penulis, 2025 Visualisasi Bangunan Rumah Tinggal Sementara Berikutnya tim abdimas merencanakan rumah tinggal sementara atau bisa disebut sebagai “villa bina laras”. Villa ini ditujukan untuk pasien pasca rehabilitasi yang tidak memiliki tempat tinggal atau kampung halaman. Desain bangunan dirancang senyaman mungkin, yakni sebesar 45 meter persegi diatas lahan sebesar 90 meter persegi. Sekeliling bangunan tidak dirancang berdempetan dengan rumah tinggal bagian samping dan bagian belakang namun dibiarkan terbuka supaya dapat digunakan sebagai lahan penghijauan dan area menjemur pakaian. Tim juga tidak lupa menambahkan kanopi persis diatas jendela supaya tidak terkena hujan maupun angin (Gambar 4). Adapun pada interior bangunan, tim abdimas merancang dengan tema nuansa natural minimalis berdasarkan pendekatan biofilik agar para pengguna dapat merasa nyaman, ketenangan dan tidak memicu permasalahan psikologis kedepannya (Gambar 5). Gambar 4. Visualisasi Bangunan Tampak Luar Sumber: Olahan Penulis, 2025 Gambar 5. Visualisasi Kamar Tidur Sumber : Olahan Penulis, 2025 Pembuatan RAB Rumah Tinggal Tidak hanya visualisasi, tim abdimas juga memberi tambahan karya pada mitra berupa RAB untuk memudahkan realisasi perancangan ini kedepannya. RAB yang dirancang tidak hanya interior saja melainkan terdapat perhitungan konstruksi bangunan. Namun angka yang ada perlu dikaji ulang menyesuaikan harga yang sedang popular saat ini (Gambar 6). Gambar 6. RAB Rumah tinggal Sumber : Olahan Penulis, 2025 Selanjutnya, setelah presentasi dan penyerahan karya dilakukan, tim abdimas menyebarkan kuisioner kepuasan mitra terhadap kinerja tim abdimas(Gambar 7). Tabel (Tabel 1) di bawah ini telah menunjukan hasil kepuasan, dan rata rata memberi nilai sempurna. Gambar 7. Penyerahan Karya Abdimas Sumber: Dokumentasi Penulis, 2025 No Pertanyaan STS (%) TS (%) N (%) S (%) SS (%) 1 Materi kegiatan sesuai dengan kebutuhan mitra/peserta 5 2 Waktu pelaksanaan kegiatan ini relatif sesuai dan cukup 2 3 3 Materi/kegiatan yang disajikan jelas dan mudah dipahami 5 4 Panitia memberikan pelayanan yang baik selama kegiatan 5 5 Masyarakat menerima dan berharap kegiatan-kegiatan seperti ini dilanjutkan di masa yang akan datang 5 Tabel 1. Tabel Kuisioner Kepuasan Mitra Terhadap Karya Abdi Masyarakat Internal 2025-1 Sumber: Olahan Penulis, 2025
Pembuatan Prototype Meja Administrasi Buku untuk Pustakawan Darul Hikam Dago, Bandung
Perpustakaan merupakan salah satu ruangan penting untuk menunjang kualitas belajar mengajar di setiap sekolah. Begitupun komponen furniture di dalamnya seperti meja pustakawan untuk mengatur alur keluar masuk buku bagi siswa. Pada abdimas Sekolah Dasar Darul Hikam, Dago, Bandung sebelumnya (tahun 2023-2024, semester genap), tim sudah membuat meja pustakawan untuk mengatur administrasi buku secara digital. Namun untuk mengoptimalkan aktivitas pustakawan, meja pustakawan membutuhkan beberapa konfigurasi modul. Desain dan konfigurasi meja administrasi pustakawan ini dikembangkan dari konsep besar Creativity, Flexibility, Interactive, dan Natural. Desain meja ini bertujuan untuk memfasilitasi interaksi langsung antar pustakawan dan siswa yang hendak meminjam dan mengembalikan buku. Bentuk dan dimensi dibuat panjang untuk kegiatan pustakawan administrasi (secara manual dan digital), tempat penyimpanan buku, dan dilengkapi lemari kecil untuk penyimpanan barang pribadi. Selain itu meja administrasi pustakawan ini dapat diakses 2 arah; bagian depan untuk siswa dan belakang untuk pustakawan, demi menjaga privasi dan kondusivitas situasi. Material yang digunakan pada prototype ini adalah multiplek 2, 5 cm kayu meranti dengan cover cover Taco Sheet (TS 3812) dan finishing cat kayu Nippon Paint (Deep Blue Sea, NP PB2909A). Dalam proses produksinya, mahasiswa melakukan pengembangan dan pembuatan prototype meja administrasi buku pada laboratorium kayu FIK dengan pendampingan oleh dosen dan asisten laboratorium. Selanjutnya, berikut merupakan proses-proses yang dilalui hingga tahap produk siap diserahkan: Pembuatan gambar kerja Perhitungan anggaran dan estimasi material Pembelian bahan Stimulasi ukuran pada material: Perencanaan dan perhitungan mendetail terkait jumlah material (terutama multipleks dan taco sheet) dengan membuat exploded view serta stimulasi ukuran dari bagian-bagian permukaan produk pada multipleks Sketsa dimensi: Penggambaran stimulasi ukuran dari bagian-bagian permukaan produk pada multipleks Pemotongan bagian-bagian permukaan produk Perakitan: Stimulasi perakitan produk untuk pengecekan ukuran. Pada tahap ini juga dilakukan pengeleman, ,termasuk edging melengkung. Penyekrupan, pengamplasan, dan pendempulan untuk memastikan akurasi dan kesiapan untuk aplikasi cat dan taco sheet. Covering dan finishing: Produk yang telah rapih akan dicat menggunakan cat kayu dan diaplikasikan lem untuk penempelan taco sheet. Perapihan: Memanaskan bagian-bagian lengkungan atau sudut taco sheet dan perapihan atau pembersihan debu-debu serta kotoran sisa bengkel. Presentasi dan serah terima: pada tahap ini, tim mempresentasikan kebutuhan dan solusi secara langsung dengan pengunaan produk yang sudah jadi. Pembuatan prototype secara langsung pada bengkel kayu FIK, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan terjun langsung ke praktek pembuatan furniture kayu. Keberadaan prototype meja administrasi pustakawan ini dapat segera meningkatkan efisiensi interaksi siswa dan pustakawan pada perpustakaan SD Darul Hikam, Dago, Bandung. Proses penyerahan prototype dan hasil akhir dari proses pengerjaan dalam bentuk utuh. Dosen dan Mahasiswa menyerahkan secara langsung keseluruhan rangkaian meja pustakawan yang bertempat di SD Darul Hikam Dago, Bandung Link Video : Nama Pembimbing Tahap I, II, dan III: Arnanti Primiana Yuniati, M. Ds., HDII. (NIP: 199300203) Ahmad Nur Sheha G., S.T., M.T. (NIP: 14810025) Nama Pembimbing Tahap III: Athifa Sri Ismiranti, S. Ds., M. Arch. (NIP: 22940036) Tim mahasiswa Tahap I: Ikhwanuddin HarranBunga Annisa Prinada (1603213110) Nadhirah Mutiara Putri (1603213101) Tanjung Nusa Bhakti (1603223029) Calvine Putra Pratama |1603204025 Kania Aditya Noviyanti Kurnia Dewi (1603194036) Andradika Damar Buana (1603194242) Naufal Febriansyah (1603200044) Fadhli Muhamad Adnan (1603202118) Sarah Nurul Khalishah (1603204003) Hafidhuddin Hammam (1603201223) Sarah Herning Roso Wulandari (1603200089) Azizatulatifah Permata Ramadhani (1603204201) Alifia Shafira Putri (1603204093) Tim mahasiswa tahap II: Fadhil Zaki Abdullah (1603223181) Gilbert Ariston Mua (1603223125) Khalishah Nayla Ariani (1603223084) Amanda Nabilaputri Yulisarnanda (1603223061) Gedsinius Ma’dika (106032300187) Tanjung Nusa Bhakti (1603223029) Tim mahasiswa tahap III: Muhammad Ribkhan Arief (1603223141) Yodha Al Ghifari (1603223054) M.N. Azmil Kamalt (1603223127) Dimas Arya Prawira (1603213079) Ni Made Pramesti Nandita Putri (1603223028) Sopia Nur Fitria (1603223044)
Recent Comments